Jangan Panik, Penularan Virus Corona Pada Anak Kecil Relatif Rendah
Wabah virus corona jenis baru atau SARS CoV-2 dapat menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Namun kasus virus Covid-19 yang ditemukan pada anak-anak relatif ringan dan tidak mematikan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan agar para orang tua untuk tidak terlalu cemas terhadap penyebaran virus Covid-19 atau corona terhadap anak-anak. Pasalnya, virus ini terhitung kecil peluangnya untuk menyerang pada anak-anak dan keparahan penyakitnya lebih ringan.
sebut Dr. Darmawan Budi Setyanto, Sp.A(K) pada Konferensi Pers penyebaran infeksi Covid-19 di PB IDI, Kamis (5/3/2020).''Info untuk orang tua, penyakit Covid-19, kasus pada anak lebih sedikit dan ringan. Kasus di China, angka penularan di bawah 10 tahun itu sangat kecil dan keparahan penyakitnya lebih ringan,''
Pernyataan Darmawan tidak lepas dari banyaknya keluhan dan kecemasan orang tua yang khawatir, panik dan ketakutan penyebaran virus corona berdampak pada anaknya. Ia menilai, waspada memang harus, namun juga jangan berlebihan hingga harus membuat panik.
Meski demikian, ia juga mengingatkan agar para orang tua tetap menjaga kesehatan maupun kondisi kebersihan dari anaknya.
sebutnya.''Senantiasa sering mencuci tangan dengan air mengalir secara bersih, ini penting untuk meminimalisir penularan,''
Dalam studi yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari lebih dari 44.000 pasien yang dikonfirmasi di China hingga 11 Februari, lembaga itu menyimpulkan bahwa korban terinfeksi yang memiliki risiko kematian paling tinggi adalah mereka yang berusia di atas 80 tahun. Sementara pasien dengan usia lebih muda, memiliki risiko yang juga lebih kecil.
Table tingkat resiko kematian penderita COVID-19 pada setiap kelompok umur menurut penelitian.
Umur | Resiko Kematian |
---|---|
10-19 tahun | 0,2% |
20-29 tahun | 0,2% |
30-39 tahun | 0,2% |
40-49 tahun | 0,4% |
50-59 tahun | 1,3% |
60-69 tahun | 3,6% |
70-79 tahun | 8% |
80+ tahun | 14,8% |
Pun demikian, hasil ini tidak memperhitungkan kasus kematian pada anak di bawah 10 tahun, yang hanya mencakup kurang dari 1% dari total pasien.
Data sementara hingga Kamis (5/3) ada 95.748 kasus positif corona, sebanyak 3.286 jiwa di antaranya meninggal dan 53.400 orang berhasil sembuh. Kendati penularan dan angka kematian anak tergolong rendah, orang tua tetap harus mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga daya tahan tubuh anak dengan asupan makanan bergizi.
Kita wajib berpegang teguh dan bersandar kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagai seorang Muslim, dalam semua keadaan, kita wajib berpegang teguh dan bersandar kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , bertawakal dan berkeyakinan bahwa semua urusan ada ditangan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allâh; dan Barangsiapa beriman kepada Allâh niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. [at-Taghâbun/64:11]
Semua urusan ada ditangan-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Allâh Azza wa Jalla yang mengatur dan memudahkannya. Semua yang Allâh kehendakai pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki pasti tidak ada serta tidak ada yang pelindung kecuali Allâh. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً ۚ وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allâh jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allâh. [al-Ahzâb/33:17]
Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ
Jika Allâh hendak mendatangkan kemudharatan kepada-Ku, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allâh hendak memberi rahmat kepada-Ku, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya? [az-Zumar/39:38]
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ
Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allâh, maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. [Fâthir/35 :2]
Dalam hadits, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain kebaikan yang sudah Allâh tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya mereka tidak akan bisa menimpakan bahaya kepada kamu kecuali bahaya yang telah Allâh tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.[1]
Dalam hadits yang lainnya, beliau bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allâh telah menulis takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi limapuluh ribu tahun.[2]
Juga bersabda Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَة
Sesungguhnya yang pertama Allâh ciptakan al-Qalam (pena) seraya berkata kepadanya: Tulislah! Dia bertanya: Wahai Rabbku, apa yang aku tulis? Maka Allâh berfirman: Tulislah takdir segala sesuatu hingga terjadinya kiamat.[3]
Berdasarkan ini semua, maka wajib bagi setiap Muslim untuk menyerahkan segala urusannya kepada Allâh Azza wa Jalla dengan mengharap, meminta dan bersandar serta bertawakal kepada-Nya. Tidak mengharapkan kesehatan, kesembuhan dan keselamatannya kecuali dari Rabbnya Azza wa Jalla , sehingga semua kejadian dan musibah yang melanda akan semakin menambah semangatnya untuk senantiasa berlindung dan berpegang teguh dengan Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allâh, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [Ali Imrân/3:101].
Semua musibah yang menimpa seorang Muslim, baik pada kesehatannya, keluarganya, anaknya, hartanya, bisnisnya atau lain sebagainya, jika dia menghadapinya dengan sabar dan mengharapkan pahala, maka hal itu akan mengangkat derajatnya di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al-Baqarah/2:155-157]
Allâh Azza wa Jalla menguji hamba-Nya agar Dia mendengar pengaduan hamba-Nya, permohonannya, doanya, kesabarannya, dan ridhanya terhadap takdir-Nya.
Ketika musibah melanda manusia untuk menguji mereka, maka Allâh Azza wa Jalla melihat mereka. Dia mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan rahasia yang disimpan di dalam hati manusia. Kemudian Allâh Azza wa Jalla akan memberikan pahala kepada setiap manusia berdasarkan niatnya. Oleh karena itu barangsiapa ditimpa musibah, berupa penyakit, bencana, kekurangan harta, atau semacamnya, dia harus mengharapkan pahala dari musibah itu di sisi Allâh, dan menyikapinya dengan kesabaran dan ridha, sehingga dia meraih pahala orang-orang yang bersabar. Dan barangsiapa diselamatkan dari musibah, maka hendaklah dia memuji Allâh Azza wa Jalla, sehingga meraih pahala orang-orang yang bersyukur.
Sesungguhnya musibah paling besar (paling berbahaya-red) adalah musibah di dalam agama. Ini adalah musibah terbesar di dunia dan akhirat. Ini merupakan puncak kerugian yang tidak ada keuntungannya sama sekali, kegagalan yang tidak disertai harapan sama sekali. Ketika seorang Muslim ditimpa musibah pada kesehatannya atau hartanya, lalu dia mengingat bahwa musibah terbesar adalah musibah yang menimpa agama, dia akan memuji Allâh Azza wa Jalla atas keselamatan agamanya. Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Syuraih al-Qâdhi rahimahullah, bahwa dia berkata, “Sesungguhnya aku (jika) ditimpa musibah, maka aku memuji Allâh empat kali atas musibah itu:
- Aku memuji-Nya, karena musibah itu tidak lebih besar dari musibah itu
- Aku memuji-Nya, karena Dia memberikan kesabaran kepadaku menghadapi musibah itu;
- Aku memuji-Nya, karena Dia membimbingku untuk istirja[4], karena aku berharap pahala dengannya
- Aku memuji-Nya, karena Dia tidak menjadikan musibah itu pada agamaku.”
Aku memohon kepada Allâh agar selalu menjaga kita semua, menganugerahkan ampunan dan keselamatan kepada kita, di dalam agama, dunia, keluarga, dan harta kita. Sesungguhnya Dia Maha mendengar, Maka Dekat, dan Maha mengabulkan.
_______
Footnote
[1] HR Ahmad dan at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma.
[2] HR Muslim dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu anhu
[3] HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu
[4] HR Abu Dawud, al-Bukhari di dalam Adabul Mufrad, dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma